Welcome to students from Kuwait

---

Senin, 15 Desember 2008

Standar Praktek Keperawatan Jiwa

Check out this SlideShare Presentation:

Foto Kita Dengan Dia

Jumat, 12 Desember 2008

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera

...selamat datang di blog kami...
..blog Jiwa ku Jiwa mu - Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran..
(www.jiwakujiwamufikunpad.blogspot.com)

..Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Jiwa, blog ini juga bertujuan untuk meramaikan komunitas blog keperawatan yang sudah mulai ramai..

Blog ini disusun oleh :
Kelompok 3
Andri Sugih Nugraha (NIO050108)
Anggi C.B (NIO050034)
Dhito Pemi Aprianto (NIO050066)
Dwi Kartika R (NIO050019)
Eliza N (NIO050047)
Husnul (NIO050075)
Mayang (NIO050029)
Meyske (NIO050006)
Rani M (NIO050101)
Rini H (NIO050031)
Rita Juliana (NIO050060)

Standar Praktek Keperawatan Jiwa


Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations)
Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban yang berat bagi keluarga, baik beban mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan tidak lagi produktif. Oleh karena itu gangguan jiwa perlu dikenali dan ditanggulangi sejak dini.
Gangguan kesehatan jiwa juga bukan hanya "psikotik"saja tetapi sangat luas dari mulai yang sangat ringan yang tidak memerlukan perawatan khusus seperti kecemasan dan depresi, ketagihan NAPZA, Alkohol, rokok, kepikunan pada orang tua, sampai kepada yang sangat berat seperti Schizophrenia.
Dari pembahasan di atas untuk itu perlu adanya standar praktik keperawatan dalam menangani kasus gangguan jiwa. Standar praktik, kode etik, dan hukum yang berlaku berfungsi sebagai panduan untuk praktik keperawatan. Peran perawat adalah mendukung klien saat sakit, membantu mereka ke arah pemulihan atau menjaga mereka tetap nyaman hingga meninggal.
Setiap bidang keperawatan itu mempunyai standar praktiknya masing-masing, begitupun dengan keperawatan jiwa harus mempunyai standar praktik keperawatan jiwa.

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA
Standar praktik keperawatan jiwa merupakan panduan untuk praktik keperawatan dalam menangani kasus gangguan jiwa. Standar praktik keperawatan jiwa meliputi:

STANDAR I : PENGKAJIAN
Perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data kesehatan pasien
Pengkajian dengan wawancara membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif secara budaya dan linguistik, wawancara, observasi perilaku, pencatatan, dan pengkajian pasien yang komprehensif dan sistem yang relevan memampukan perawat kesehatan jiwa untuk dapat bersuara dalam penilaian keadaan klinis dan merencanakan intervensi untuk pasien.
Kondisi Keperawatan
Kesadaran diri
Observasi akurat
Komunikasi terapeutik
Dimensi asuhan yang responsive
Perilaku Keperawatan
Membuat kontrak keperawatan
Mengumpulkan informasi dari pasien dan keluarga
Validasi data kepada pasien
Mengorganisasi data
Elemen Kunci
Identifikasi alasan pasien mencari pertolongan
Kaji faktor risiko berhubungan dengan keamanan pasien yang meliputi potensi terjadinya:
• Bunuh diri atau membahayakan diri
• Perilaku kekerasan
• Gejala putus zat
• Reaksi alergi atau reaksi efek samping obat
• Kejang
• Jatuh atau kecelaksaan
• Kabur dari rumah sakit
• Instabilitas fisiologis
Pengkajian yang menyeluruh kondisi biopsikososial terhadap kebutuhan pasien berhubungan dengan penanganan yang diberikan meliputi:
• Penilaian kondisi sehat sakit pasien dan keluarganya
• Perawatan jiwa sebelumnya pada diri pasien maupun keluarganya
• Pengobatan saat ini
• Respon koping fisiologis
• Status respons koping mental
• Sumber-sumber koping, meliputi motivasi terhadap perawatan dan hubungan yang mendukung
• Mekanisme koping yang adaptif maupun yang maladaptive
• Masalah-masalah psikososial dan lingkungan
• Penilaian fungsi global
• Pengetahuan, kekuatan, dan defisit

STANDAR II: DIAGNOSIS
Perawat kesehatan jiwa menganalisa data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis.
Dasar pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah mengakui dan identifikasi pola respons penyakit jiwa dan masalah mental baik aktual maupun potensial.
Kondisi Keperawatan
Pembuatan keputusan yang logis
Pengetahuan tentang parameter normal
Berpikir induktif atau deduktif
Peka terhadap budaya
Perilaku Keperawatan
Identifikasi pola-pola dalam data
Membandingkan data dengan kondisi normal
Menganalisa dan sintesa data
Identifikasi masalah dan kekuatan
Validasi masalah dengan pasien
Memformulasikan diagnosis keperawatan
Membuat prioritas masalah
Elemen Kunci
Diagnosis harus mencerminkan respon koping adaptif dan maladaptive didasarkan pada kerangka kerja keperawatan misalnya NANDA. Diagnosis harus berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan atau keadaan penyakit. Diagnosis seharusnya berfokus pada fenomena dari perawat kesehatan jiwa.

STANDAR III: IDENTIFIKASI HASIL
Perawat kesehatan jiwa mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual terhadap pasien
Dalam konteks memberikan asuhan keperawatan, tujuan akhirnya adalah mempengaruhi outcome kesehatan dan meningkatkan status kesehatannya.
Kondisi Keperawatan
Keterampilan berpikir kritis
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga
Perilaku Keperawatan
Merumuskan hipotesis
Menspesifikasi hasil yang diharapkan
Memvalidasi tujuan dengan pasien
Elemen Kunci
Hasil (outcome) seharusnya diidentifikasi bersama-sama dengan pasien. Hasil seharusnya diidentifikasi sejelas dan seobyektif mungkin. Hasil yang dituliskan dengan jelas membantu para perawat untuk menentukan efektifitas dan efisiensi intervensi mereka. Sebelum merumuskan hasil yang diharapkan perawat harus menyadari bahwa pasien mencari bantuan seringkali mempunyai tujuan mereka sendiri.

STANDAR IV: PERENCANAAN
Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan dalam bentuk tindakan tertulis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis, dengan proses dokumen, dan mencapai hasil yang diharapkan oleh pasien.
Kondisi Keperawatan
Aplikasi teori
Identifikasi aktivitas keperawatan
Validasi rencana dengan pasien
Elemen Kunci
Rencana asuhan keperawatan harus bersifat individual (khas) untuk pasien. Intervensi yang direncanakan seharusnya didasarkan pada pengetahuan terbaru dalam area praktek keperawatan kesehatan jiwa. Perencanaan dilakukan dalam kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan. Dokumentasi rencana asuhan adalah aktivitas keperawatan yang penting.

STANDAR V: IMPLEMENTASI
Perawat kesehatan jiwa menerapkan intervensi yang teridentifikasi dalam rencana asuhan
Dalam mengimplementasikan rencana asuhan, perawat kesehatan jiwa menggunakan rentang intervensi yang lebar yang dirancang untuk mencegah sakit mental dan fisik, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik dan mental. Perawat kesehatan jiwa menyeleksi intervensi sesuai dengan level praktek mereka. Pada level dasar, perawat mungkin memilih konseling, terapi lingkungan, meningkatkan kemampuan perawatan diri, skrining intake dan evaluasi, intervensi psikobiologikal, pendidikan kesehatan, manajemen kasus, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, intervensi krisis, asuhan berbasis komunitas, perawatan kesehatan jiwa di rumah, telehealth, dan pendekatan-pendekatan yang lain untuk memenuhi kebutuhan pasien. Sebagai tambahan pilihan intervensi untuk perawat kesehatan jiwa tingkat dasar, pada tingkat lanjut perawat jiwa (APRN PMH) dapat memberikan konsultasi, melaksanakan psikoterapi, dan memberikan obat farmakologi di mana diizinkan oleh undang-undang.
Kondisi Keperawatan
Pengalaman klinis sebelumnya
Pengetahuan tentang penelitian
Dimensi responsive dan tindakan dari asuhan
Perilaku Keperawatan
Mempertimbangkan sumber yang tersedia
Mengimplementasikan aktivitas keperawatan
Menghasilkan alternatif-alternatif
Berkoordinasi dengan anggota tim lainnya
Elemen Kunci
Intervensi keerawatan seharusnya merefleksikan pendekatan holistic biopsikososial dalam merawat pasien. Intervensi keperawatan diimplementasikan dengan cara yang aman, efisien, dan penuh kasih saying (caring). Tingkat fungsi perawat dan intervensi yang diimplementasikan tergantung pada undang-undang praktek perawat, kualifikasi perawat (meliputi pendidikan, pengalaman dan sertifikasi), tempat pembnerian asuhan, dan inisiatif perawat.

STANDAR VA: KONSELING
Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien meningkatkan atau memulihkan kembali kemampuan koping sebelumnya, mengembangkan kesehatan jiwa, dan mencegah penyakit jiwa dan kecacatan.

STANDAR VB: TERAPI LINGKUNGAN
Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, dan mempertahankan lingkungan yang terapeutik bekerja sama dengan pasien dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

STANDAR VC: AKTIVITAS PERAWATAN DIRI
Perawat kesehatan jiwa menyusun intervensi sekitar aktivitas keseharian pasien untuk mengembangkan kemampuan perawatan diri dan kesehatan fisik dan mental.
STANDAR VD: INTERVENSI PSIKOBIOLOGIKAL
Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan tentang intervensi psikobiologikal dan mengaplikasikan keterampilan klinis untuk mengembalikan status kesehatan pasien dan mencegah terjadinya kecacatan di masa depan.

STANDAR VE: PENDIDIKAN KESEHATAN
Perawat kesehatan jiwa melalui pendidikan kesehatan membantu pasien mencapai pola hidup yang memuaskan, produktif dan sehat.

STANDAR VF: MANAJEMEN KASUS
Perawat kesehatan jiwa memberikan manajemen kasus untuk mengkoordinir pelayanan kesehatan yang komprehensif dan menjamin perawatan berkesinambungan


STANDAR VG: PROMOSI KESEHATAN DAN MEMPERTAHANKAN KESEHATAN
Perawat kesehatan jiwa menggunakan strategi dan intervensi untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit jiwa

INTERVENSI PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA LANJUT
Intervensi berikut ini(VH - VJ) dapat dilaksanakan hanya oleh Perawat Spesialis Keperawatan Jiwa

STANDAR VH: PSIKOTERAPI
Perawat Spesialis Keperawatan Jiwa (SKJ) menggunakan psikoterapi individu, kelompok, dan keluarga, dan penanganan terapeutik lainnya untuk membantu pasien mencegah penyakit jiwa dan disabilitas dan dalam meningkatkan status kesehatan mental dan kemampuan berfungsi.

STANDAR VI: MERESEPKAN OBAT FARMAKOLOGI
Perawat SKJ menggunakan otoritasnya untuk membuat resep, prosedur dan penanganan sesuai dengan peraturan perundangan (di Indonesia belum bias).

STANDAR VJ: KONSULTASI
Perawat SKJ memberikan konsultasi untuk meningkatkan kemampuan perawat lain dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan berdampak perubahan pada system.

STANDAR VI: EVALUASI
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi proses pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Asuhan keperawatan adalah proses yang dinamis meliputi perubahan pada status kesehatan pasien sepanjang waktu, memberikan tambahan data, diagnosa berbeda, dan modifikasi dalam rencana asuhan. Karenanya evaluasi adalah proses berkesinambungan dalam menilai efek keperawatan dan regiment asuhan terhadap status kesehatan pasien dan hasil yang diharapkan.
Kondisi Keperawatan
Supervisi
Analisa diri
Peer review
Partisipasi pasien dan keluarga
Perilaku Keperawatan
Membandingkan respons pasien dan criteria hasil yang diharapkan
Review proses keperawatan
Memodifikasi proses keperawatan sesuai kebutuhan
Berpartisipasi dalam aktivitas peningkatan mutu
Elemen Kunci
Evaluasi adalah proses terus menerus (ongoing process). Partisipasi pasien dan keluarga adalah penting. Pencapaian tujuan seharusnya didokumentasikan dan revisi rencana asuhan seharusnya diimplementasikan dengan sesuai



DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung: Refika Aditama
Anonim. 2008. STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA. (online), terdapat dalam http://www.standarpraktekkeperawatanjiwa« Moveamura’s Weblog.htm)

Standar Praktik Keperawatan Klinis Kesehatan Jiwa

Konsep proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1950-an, tetapi konsep tersebut telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengembangkan proses pemerimaan menyeluruh sebagai bagian dari integral dari asuhan keperawatan. Konsep ini disadur dari pendekatan ilmiah terhadap pemecahan masalah dan memerlukan keterampilan (1) pengkajian (pengumpulan data secara sistematik yang berhubungan dengan klien dan masalahnya), (2) identifikasi masalah (analisis/interpretasi data), (3) perencanaan (penetapan tujuan dan solusi pilihan), (4) implementasi (pengaplikasian rencana ke dalam tindakan), dan evaluasi (pengkajian keefektifan rencana dan perubahan rencana sebagaimana diindikasikan oleh kebutuhan klien saat ini).
Proses keperawatan saat ini tercakup dalam kerangka konsep dari kurikulum keperawatan dan diterima secara legal dalam definisi keperawatan pada kebanyakan praktik tindakan perawat. Proses keperawatan juga merupakan dasar dari Standar Praktik Keperawatan Klinis Kesehatan Mental-Psikiatrik.
Untuk menggunakan proses ini, perawat harus dapat menunjukkan kemampuan dasar pengetahuan, intelegensi, serta kreativitas, dan juga keahlian dalam keterampilan interpersonal dan teknis. Beberapa asumsi kritis yang perlu dipertimbangkan oleh perawat dalam proses pengambilan keputusan, ialah :
 Klien adalah manusia yang memiliki harga diri dan martabat.
 Individu memiliki kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi, muncul masalah yang memerlukan intervensi dari orang lain hingga individu dapat mulai lagi bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
 Klien memiliki hak untuk jaminan kesehatan dan memperoleh asuhan keperawatan dengan perhatian, cinta kasih, dan kompetensi, yang berfokus pada kesehatan, pencegahan, dan pemulihan.
 Hubungan terapeutik antara perawat-klien adalah suatu elemen yang kritis dalam proses ini.

Ruang lingkup dan Standar Praktik Keperawatan Klinis Kesehatan Jiwa menguraikan tingkat kompetensi asuhan keperawatan profesional dan kinerja profesional yang umum untuk perawat yang terlibat di tiap tatanan praktik keperawatan kesehatan jiwa. Standar ini ditujukan kepada perawat yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman praktik baik pada tingkat dasar atau tingkat lanjut keperawatan kesehatan jiwa.

Standar Asuhan
Standar asuhan berhubungan dengan aktivitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh perawat sepanjang proses keperawatan. Standar tersebut meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, identifikasi hasil perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan merupakan landasan pengambilan keputusan klinis dan mencakup semua tindakan yang penting dilakukan oleh perwat dalam memberikan asuhan kesehatan jiwa kepada semua pasien.
Kondisi keperawatan dan perilaku keperawatan yang berhubungan dengan tiap standar asuhan keperawatan jiwa terlihat pada gambar berikut.

Standar I: Pengkajian
Perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data kesehatan pasien

RASIONAL
Wawancara pengkajian-yang memerlukan keterwampilan komunikasi efektif secara linguistik dan budaya, wawancara, observasi perilaku, tinjauan catatan data dasar, dan pengkajian komprehesif terhadap pasien dan sistem yang relevan- yang memungkinkan perawat kesehatan jiwa untuk membuat penilaian klinis yang logis dan merencanakan intervensi yang tepat bersama pasien.


Standar II: Diagnosis
Perawat kesehatan jiwa menganalisis data pengkajian dalam menentukan diagnosis

RASIONAL
Landasan pemberian asuhan keperawatan kesehatan jiwa adalah pengenalan dan identifikasi pola respons terhadap masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa yang aktual dan potensial.

Standar III: Identifikasi hasil
Perawat kesehatan jiwa mengidentifikasi hasil yang diharapkan dan bersifat individual untuk pasien.

RASIONAL
Dalam konteks pemberian asuhan keperawatan, tujuan yang paling utama adalah mempengaruhi hasl kesehatan dan meningkatkan status kesehatan pasien.

Standar IV: Perencanaan
Perawat kesehatn jiwa mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.

RASIONAL
Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis, mendokumentasikan kemajuan, dan mencapai hasil yang diharapkan pada pasien.

Standar V: Implementasi
Perawat kesehatan jiwa mengimplementasikan intervensi yang teridentifikasi dalam rencana asuhan.

RASIONAL
Dalam mengimplementasikan rencana asuhan, perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit fisik dan gangguan jiwa, meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan jiwa. Perawat kesehatan jiwa memilih intervensi sesuai dengan tingkat praktiknya. Pada tingkat dasar, perwat dapat memilih konseling, terapi lingkungan, dan peningkatan aktivitas perawatan diri, skrining masukan dan evaluasi, intervensi psikobiologis, penyuluhan kesehatan, manajemen kasus, promosi dan pemeliharaan kesehatan, intervensi krisis, perawatan di masyarakat, perawatan kesehatan jiwa di rumah, telehealth, dan berbagai pendekatan lain untuk memenuhi kebutuhan kesehatan jiwa pasien. Selain pilihan intervensi yang tersedia untuk perawat kesehatan jiwa tingkat dasar, pada tingkat lanjut boleh memberikan konsultasi, terlibat dalam psikoterapi, dan membuat resep agens farmakologi sesuai dengan peraturan yang berlaku.


Standar Va: Konseling
Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara kesehatan jiwa, dan mencegah gangguan jiwa dan disabilitas.

Standar Vb: Terapi lingkungan
Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, dan mempertahankan suatu lingkungan terapeutik dalam kolaborasinya dengan klien dan pemberi perawatan kesehatan klien.

Standar Vc: Aktivitas perawatan diri
Perawat kesehatan jiwa menyuun intervensi sekitar aktivitas kehidupan sehari-hari pasien untuk mempertahankan perawatan diri serta kesejahteraan jiwa dan fisik.


GAMBARAN KASUS

Klien Nn B 24 ahun,anak ke 4 dari 7 bersaudara ( tiga orang adik lain ibu), dari keluarga bapak A (almarhum) dari ibu I (almarhum), bertempat tinggal dijakarta barat, agama Kristen protestan. Klien masuk rumah sakit tanggal 14 maret 1996, dengan keluhan utama klien sering merobek-robek bajunya, telanjang dan ingin lari dari rumah. Sejak kecil, klien dianggap mengalami gangguan jiwa, dianggap bodoh sehingga klien tidk disekolahkan, dirumah selalu dikucilkan dan tidak pernah diajak berkomunikasi, tidak mempunyai teman dekat dan tidak mempunyai keluarga yang dianggap teman dekat klien. Akibatnya klien sering menyendiri, melamun dan mengatakan bahwa ada suara yang menyuruhnya pergi. Karena klien tidak mau pergi, sebagai gantinya klien disuruh merobek-robek bajunya. Keluarga merasa tidak mampu merawat dan akhirnya membawa klien ke RSJ dengan alasan mau diajak nonton film.
Selama di RSJ, ibu tiri klien tidak pernah menjenguk dan sesekali kakak kandung klien dating ke RSJ untuk membawa pakaian serta membayar biaya obat-obatan tapi kakanya tidak mengakui klien sebagai adiknya.
Dari hasil observasi di dapat data bahwa rambut kotor dan bau, banyak kutu, wajah lusuh, tatapan mata kosong, gigi kuning, banyak kotoran , tercium bau yang tidak enak, telinga kotor, kulit kotor banyak daki, kuku panjang dan kotor, tidak memakai alas kaki. Gaya bicara klien hati-hati, bicara bila ditanya, jawaban singkat. Klien sering duduk sendiri dan banyak tidur.

MASALAH KEPERAWATAN
1. interaksi social, kerusakan
2. perubahan sensori- perceptual
3. kekerasan, resiko tinggi
4. haraga diri rendah kronis
5. intoleransi aktivitas
6. sindrome defisit perawatan diri
7. koping keluarga, inefektif : ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
8. keteganagn peran pemberi perawatan



POHON MASALAH



Gambaran 3-1. pohon masalah kerusakan intersi social : menarik diri









Diagnosa keperawatan dari pohon masalah pada gbr. 3-1 adalah sebagai berikut :

1. Resiko tinggi melakukan kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi pendengaran
2. perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan menraik diri.
3. kerusakan interaksi sosial : menarik diri yang berhubungan dengan harga diri rendah kronis
4. sindrome defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas
5. ketegangan peran pemberi perawatan yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat pasien dirumah


Rencana Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa:

Nama : Nn. B Ruangan : M RM No :

Diagnosa Rencana tindakan keperawatan
Perubahan sensori perceptual : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan menarik diri.

Data subyektif :
1. nggak mau, males ah kata klien saat diajak berkenalan dengan perawat lain
2. kayaknya gak ada lagi yang mau diomongin, sekarang saya gak mikir apa-apa lagi, kata klien saat ditanya.
3. nggak tahu, malu kata klien saat ditanya nama temannya.
4. dirumah tidak pernah cerita sama siapa-siapa..... saya senang sendirian kata klien ketika ditnyan apakah dirumah suka cerita sama ibu.
5. nggak apa-apa, males aja, pengen duduk sendiri ketika klien ditanya apa sebabnya tidak duduk bersama teman-temannya.
6. mendengar suara yang menyuruh pergi

Data obyektif :
1. klien sering duduk sendiri
2. klien lebih banyak tidur
3. hanya berbicara saat ditanya, jawaban singkat Tujuan Umum : klien dapat mengendalikan halusinasi


Tujuan Khusus :
1. klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
tindakan keperawatan :
1.1 bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip hubungan terapeutik :
- sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Jelaskan tujuan pertemuan atau hubungan.
- Jujur dan menepati janji
- Selaku kontak mata saat selama interaksi.
- Tunjukan sikap empati dan penuh perhatian kepada klien
- Terima klien apa adanya
- Perhatikan kebutuhab dasar klien

2. klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial
2.1. kaji pengetahuan klien tentang perilaku menatik diri dan tanda-tandanya
2.2. beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul?/ menari diri
2.3. diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri
2.4. diskusikan bersama klien tentang perilaku menari diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin
2.5. beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

3. klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap.
Tindakan Keperawatan :
3.1 diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dengan kerugian dari perilaku menarik diri.
3.2 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap sebagai berikut
Klien – perawat
Klien – perawat- perawat lain- klien lain
Klien – kelompok kecil
Klien – keluarga / kelompok / masyarakat
3.3 beri pujian atas keberhasilan yang dicapai klien
3.4 bantu klien untuk mengevaluasi manfaat dari hubungan
3.5 diskusikan jadwal klien yang dapat di lakukan klien dalam mengisi waktunya
3.6 motivasi klien untuk mengikuti kegiatan dalam ruangan
3.7 beri pujian atas keikutsertaan klien dalam kegiatan diruangan

4. klien mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Tindakan Keperawatan :
4.1 bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- perkenalkan diri
- sampaikan tujuan membuat kontrak
4.2 diskusikan dengan anggota keluarga tentang
- perilaku menarik diri
- penyebab perilaku menarik diri
- akibat yang akan terjadi bila perilaku menarik diri tidak ditangani
- cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri
4.3 dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
4.4 anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian mengunjungi klien minimal 1X seminggu
4.5 beri reinforcement positif atas hal-hal yang akan dicapai oleh keluarga

Daftar Pustaka

Doenges, Marylinn E, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperwatan Psikiatri. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 1999. Proses kepearawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W. Buku Saku Keperwatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Proses Keperawatan

Konsep proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1950-an, tetapi konsep tersebut telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengembangkan proses pemerimaan menyeluruh sebagai bagian dari integral dari asuhan keperawatan. Konsep ini disadur dari pendekatan ilmiah terhadap pemecahan masalah dan memerlukan keterampilan (1) pengkajian (pengumpulan data secara sistematik yang berhubungan dengan klien dan masalahnya), (2) identifikasi masalah (analisis/interpretasi data), (3) perencanaan (penetapan tujuan dan solusi pilihan), (4) implementasi (pengaplikasian rencana ke dalam tindakan), dan evaluasi (pengkajian keefektifan rencana dan perubahan rencana sebagaimana diindikasikan oleh kebutuhan klien saat ini).
Proses keperawatan saat ini tercakup dalam kerangka konsep dari kurikulum keperawatan dan diterima secara legal dalam definisi keperawatan pada kebanyakan praktik tindakan perawat. Proses keperawatan juga merupakan dasar dari Standar Praktik Keperawatan Klinis Kesehatan Mental-Psikiatrik.
Untuk menggunakan proses ini, perawat harus dapat menunjukkan kemampuan dasar pengetahuan, intelegensi, serta kreativitas, dan juga keahlian dalam keterampilan interpersonal dan teknis. Beberapa asumsi kritis yang perlu dipertimbangkan oleh perawat dalam proses pengambilan keputusan, ialah :
 Klien adalah manusia yang memiliki harga diri dan martabat.
 Individu memiliki kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi, muncul masalah yang memerlukan intervensi dari orang lain hingga individu dapat mulai lagi bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
 Klien memiliki hak untuk jaminan kesehatan dan memperoleh asuhan keperawatan dengan perhatian, cinta kasih, dan kompetensi, yang berfokus pada kesehatan, pencegahan, dan pemulihan.
 Hubungan terapeutik antara perawat-klien adalah suatu elemen yang kritis dalam proses ini.



DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar bagi pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Diagnosa keperawatan, yang menggambarkan suatu kerangka kerja untuk menggunakan proses keperawatan, merupakan hal terpenting dari suatu rencana perawatan, yang memusatkan perhatian pada kebutuhan/respon klien (pengidentifikasian masalah, intervensi keperawatan, dan alat evaluasi) dan dibuat sebagai penentu utama gaya asuhan keperawatan yang akan diberikan.
Diagnosa yang akurat suatu masalah klien yang menggunakan proses berpikir kritis dapat menjadi suatu standar untuk praktik keperawatan yang dapat dimengerti oleh semua orang yang menggunakan rencana perawatan tersebut, yang selanjutnya dapat menyebabkan perbaikan pemberian perawatan.
Diagnosa keperawatan ialah penyajian data klien yang setepat-tepatnya. Diagnosa menggambarkan situasi klien saat ini dan juga menggambarkan perubahan yang terjadi. Penting untuk mencari, menggabungkan, dan menyintesis semua data yang relevan dan membuat pernyataan yang berarti untuk memberikan petunjuk yang tepat dalam asuhan keperawatan.
Sifat afektif dari diagnosis keperawatan dapat membentuk respon yang diharapkan dari klien dan mempengaruhi perilaku perawtan terhadap klien. Pengidentifikasian yang akurat tehadap masalah klien (mis. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik : Individual yang berhubungan dengan efek samping pengobatan) dapat dipahami oleh semua orang yang menggunakan rencana perawatan tersebut sehingga dapat meningkatkan pemberian perawatan.
Diagnosa keperawatan memberi bahasa yang umum untuk mengidentifikasi masalah klien, intervensi keperawatan, dan evaluasi serta alat pendokumentasian. Pemakaian bahasa yang umum penting dilakukan karena bahasa tersebut dapat memudahkan komunikasi antara perawat, tim, unit serta lingkungan perawatan yang lain dan juga antara profesional perawtan kesehatan.


KOMPONEN RENCANA KEPERAWATAN

Pengkajian
Elemen penting untuk pembuatan rencana asuhan keperawatan yang efektif relevansinya teridentifikasi pada pengkajian klien. Oleh karena itu, pembuatan rencana dimulai dengan pengumpulan data (pengkajian). Menurut Standards of Clinical Nursing Practice (ANA, 1991), pengkajian klien mencakup area fisik, psikologis, sosiokulutral,spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan, ekonomi, dan gaya hidup. Pengkajian ini digabungkan dengan hasil temuan medis dan studi diagnostik, yang didokumentasikan pada data dasar klien
Dasar data pengkajian terdiri dari informasi subjektif dan objektif yang meliputi berbagai masalah keperawatan yang diuraikan dalam daftar diagnosis keperawatan terbaru yang dikembangkan oleh NANDA. Data subjektif dilaporkan oleh klien dan/atau orang terdekat. Informasi ini meliputi setiap persepsi individu yang ingin disampaikan. Penting untuk menerima apa yang dilaporkan karena klien ataupun orang terdekat adalah “ahli” dalam hal ini. Bagaimanapun, kebutuhan perawat untuk mencatat setiap keganjilan atau ketidaksesuaian yang dapat mengidentifikasi adanya faktor lain seperti kurang pengetahuan, mitos, salah paham, atau takut.
Data objektif ialah data yang diobservasi (secara kualitatif dan kuantitatif) dan dapat dibuktikan oleh orang lain (keluarga, jaringan kerja sosial, pemberi perawatan kesehatan lainnya/rekam medis, dan lembaga masyarakat), dan juga didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pengkajian diagnostik, mencakup instrumen yang distandardisasi seperti Minnesota Multiphasic Personality Inventory dan uji intelegensi. Analisis (menggunakan proses pemikiran kritis) data subjektif dan objektif akan menuntun pada pengidentifikasian masalah dan area masalah atau kebutuhan.

Identifikasi/Analisis Masalah
Langkah kedua meliputi pemeriksaan temuan pengkajian, pengelompokkan temuan dan membandingkan temuan dengan parameter normal yang ditetapkan. Pedoman selanjutnya untuk diagnosa keperawatan yang akurat adalah identifikasi masalah yang memusatkan perhatian pada fisik, psikologis, atau respon perilaku saat ini atau risiko tinggi, yang berhubungan dengan kualitas hidup yang diharapkan klien atau pada hal-hal yang ditetapkan untuknya.
Diagnosa keperawatan dapat berubah sesuai dengan perkembangan klien, hai ini disebabkan oleh adanya tahapan penyakit yang bervariasi atau pemecahan masalah yang tidak adaptif. Dari informasi tertentu yang diperoleh dari pengkajian dasar data klien, faktor yang berhubungan, dapat dirumuskan tanda dan gejala yang dapat diidentifikasi dan pernyataan yang bersifat individulis tentang masalah/kebutuhan klien (diagnosa). Sebagai contoh, seorang klien mungkin melaporkan rasa takutnya terhadap kegemukan dan keluarga berulang kali memperhatikan kebiasaan makan/perubahan dalam berat badan, yang membawa pada suatu pilihan diagnosa keperawatan berikut ini : Citra Tubuh, gangguan yang beruhubungan dengan ketakutan yang tidak wajar yang dibuktikan oleh perasaan negatif tentang tubuh/pandangan terhadap diri sendiri lebih gemuk daripada berat badan normal.

Perencanaan
Dalam membantu pemilihan intervensi untuk memberi petunjuk terhadap pemberian asuhan keperawatan maka tujuan yang ditetapkan dan pernyataan hasil dirumuskan. Hasil yang diharapkan berasal dari pernyataan diagnostik dan didefinisikan sebagai hasil dari intervensi keperawatan dan respon klien yang dapat dicapai, yang diharapkan oleh klien dan/atau pemberi perawatan, dapat dicapai dalam waktu yang ditetapkan sebelumnya, yang menggambarkan keadaan dan sumber-sumber saat ini.
Istilah yang digunakan perlu diringkas, realistik, dapat diukur, dan dinyatakan dalam kata-kata yang dapat dimengerti oleh klien. Awali pernyataan dengan kata kerja tindakan yang memberikan petunjuk yang dapat diukur (mis. Klien akan : menyebutkan peningkatan rasa harga diri dalam 4 laki kunjungan). Perawat psikiatri sering kali bekerja sebagai anggota dari suatu tim multidisiplin, yang sangat terkoordinasi dan sering kali perencanaan interdependen didasarkan pada peran yang berbeda dan terpisah dari setiap anggota tim. Pada keadaan ini, penting untuk tidak mempertentangkan tujuan dari tiap-tiap disiplin. Pada saat hasil telah ditulis dengan tepat, maka hasil tersebut memberikan pedoman dalam pemilihan dan pengesahan intervensi yang dipilih. Selain itu, perawat harus merencanakan dengan klien/orang terdekat klien secara tepat karena semuanya bertanggung jawab utnuk perawatan tersebut dan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Contoh Kasus

Klien Nn B 24 ahun,anak ke 4 dari 7 bersaudara ( tiga orang adik lain ibu), dari keluarga bapak A (almarhum) dari ibu I (almarhum), bertempat tinggal dijakarta barat, agama Kristen protestan. Klien masuk rumah sakit tanggal 14 maret 1996, dengan keluhan utama klien sering merobek-robek bajunya, telanjang dan ingin lari dari rumah. Sejak kecil, klien dianggap mengalami gangguan jiwa, dianggap bodoh sehingga klien tidk disekolahkan, dirumah selalu dikucilkan dan tidak pernah diajak berkomunikasi, tidak mempunyai teman dekat dan tidak mempunyai keluarga yang dianggap teman dekat klien. Akibatnya klien sering menyendiri, melamun dan mengatakan bahwa ada suara yang menyuruhnya pergi. Karena klien tidak mau pergi, sebagai gantinya klien disuruh merobek-robek bajunya. Keluarga merasa tidak mampu merawat dan akhirnya membawa klien ke RSJ dengan alasan mau diajak nonton film.
Selama di RSJ, ibu tiri klien tidak pernah menjenguk dan sesekali kakak kandung klien dating ke RSJ untuk membawa pakaian serta membayar biaya obat-obatan tapi kakanya tidak mengakui klien sebagai adiknya.
Dari hasil observasi di dapat data bahwa rambut kotor dan bau, banyak kutu, wajah lusuh, tatapan mata kosong, gigi kuning, banyak kotoran , tercium bau yang tidak enak, telinga kotor, kulit kotor banyak daki, kuku panjang dan kotor, tidak memakai alas kaki. Gaya bicara klien hati-hati, bicara bila ditanya, jawaban singkat. Klien sering duduk sendiri dan banyak tidur.

MASALAH KEPERAWATAN
1. interaksi social, kerusakan
2. perubahan sensori- perceptual
3. kekerasan, resiko tinggi
4. haraga diri rendah kronis
5. intoleransi aktivitas

Alamat RS di Jakarta



Rumah Sakit Cikini (RSPGI Cikini)
Jl. Raden Saleh No. 40,Jakarta Pusat 10330,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 31908391
Telp.(021) 23550180, Telp.(021) 23550181, Telp.(021) 23550182
Hospital
Rumah Sakit Dharma Nugraha
Jl. Balai Pustaka Baru No. 19, Rawamangun,Jakarta Timur 13220,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4707428
Telp.(021) 4707433, Telp.(021) 4707434, Telp.(021) 4707435
Hospital
Rumah Sakit Saraf & Jiwa Dharma Sakti
Jl. Kaji No. 40, Petojo,Jakarta Pusat 10130,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6327961
Telp.(021) 63864375
Hospital
Rumah Sakit Kebayoran
Jl. Birah III No. 4 Block S, Kebayoran Baru,Jakarta Selatan 12180,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 7206323
Telp.(021) 7260701, Telp.(021) 7243122, Telp.(021) 7393330
Hospital
Rumah Sakit Medika Permata Hijau
Jl. Raya Kebayoran Lama No. 64,Jakarta Barat 11560,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5305291
Telp.(021) 5347411, Telp.(021) 5305288
Hospital
Rumah Sakit Medistra
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 59,Jakarta Selatan 12950,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5210184
Telp.(021) 5210200, Telp.(021) 5210212, Telp.(021) 5210214
Hospital
Rumah Sakit Mitra Internasional
Jl. Raya Jatinegara Timur No. 85A-87,Jakarta Timur 13310,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 2800755
Telp.(021) 2800888, Telp.(021) 2800999, Telp.(021) 2800666
Hospital
Rumah Sakit Mitra Kemayoran
Jl. Landas Pacu Timur, Kemayoran,Jakarta Pusat 10630,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6545959
Telp.(021) 6545555
Hospital
Rumah Sakit Pelabuhan
Jl. Kramat Jaya No. 1, Tanjung Priok,Jakarta Utara 14260,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4403551
Telp.(021) 4403026
Hospital
Rumah Sakit Sukmul Sisma Medika
Jl. Tawes No. 18-20, Tanjung Priok,Jakarta Utara 14130,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4301272
Telp.(021) 4301269
Clinic
Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (YARSI)
Jl. Letjen. R. Suprapto, Cempaka Putih,Jakarta Pusat 10510,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4243171
Telp.(021) 4206675, Telp.(021) 4206674, Telp.(021) 4206676
Social aid; University
Yarsi
Rumah Sakit MH Thamrin International
Jl. Salemba Tengah No. 24-28,Jakarta Pusat 10440,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 3107816, Fax.(021) 2305182
Telp.(021) 3904422
Hospital
IPTK RS MH Thamrin
Mars Online (Manajemen Apotek dan Rumah Sakit), PT.
Menara Imperium, 31st Floor,Jl. HR. Rasuna Said Kav. 1-A, Kuningan,Jakarta Selatan 12980,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 83704410, Fax.(021) 83702382
Telp.(021) 8318184, Telp.(021) 8318185
Hospital Management Application System
MARS Medical Support
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) (Association of Indonesian Hospitals (PERSI))
Artha Gading Niaga Complex Block A-7A No. 28,Jl. Boulevard Artha Gading, Kelapa Gading,Jakarta Utara 14240,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 45845291
Telp.(021) 45845223, Telp.(021) 45845291
Hospital
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Jl. Letjen. S. Parman Kav. 87, Slipi,Jakarta Barat 11420,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5684130, Fax.(021) 5684230
Telp.(021) 5681111, Telp.(021) 5684085, Telp.(021) 5684093
Hospital
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Jl. P. Diponegoro No. 71,Jakarta Pusat 10430,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 3918301
Telp.(021) 3918301, Telp.(021) 3918315, Telp.(021) 2303097
Hospital